situ gintung







Melihat kokoh berdirinya sebuah Masjid ditengah puing reruntuhan jebolnya tanggul Situ Gintung, sepertinya ada pelajaran berharga yang bisa di ambil disini. Secara logika sulit dibayangkan, bagaimana dahsyatnya ribuan kubik air menerjang dari ketinggian yang menggilas, menjebol apa saja yang merintanginya, hingga membuat semuanya luluh lantak, tetapi aneh sebuah masjid masih berdiri kokoh ditengah alur aliran air bah dadakan ini.

Fenomena aneh musibah Situ Gintung ini, mengingatkan kita dengan musibah yang lebih dahsyat yang terjadi di Aceh. Peristiwa tsunami di Aceh, yang menelan ribuan korban. Bahkan meluluh lantakan banyak pemukiman penduduk, hingga banyak penduduk Aceh yang selamat, kebingungan bukan hanya kehilangan sanak keluarga, tempat tinggal tetapi bahkan kehilangan tanah pekarangan.Saking dahsyatnya peristiwa tsunami ini menggusur apa saja, sampai-sampai warga menjadi tidak tahu lagi batas-batas lahan mereka, tembok-tembok pembatas, seakan ikut terangkat, tanah seperti sehabis diaduk hingga tidak ada batasan apapun yang terlihat. Tetapi lagi-lagi menjadi aneh sebuah Masjid masih berdiri kokoh ditengah reruntuhan kota atau pemukiman ini.

Masih dengan fenomena aneh Keajaiban Masjid ditengah reruntuhan ini, mengingatkan saya akan sebuah Masjid di Ambon. Pasca kerusuhan Ambon, di daerah pemukiman penduduk yang cukup padat dipusat kota Ambon. Di daerah pemukiman yang bernama Talake, daerah yang terletak diantara pemukiman lain yang bernama Waihaong dan Batu Gaja (Batu Gaja atau Batu Gantung, sepertinya saya agak lupa nama daerah pemukiman ini). Sekitar tahun 2002, saya termangu sekaligus kagum melihat sebuah Masjid berlantai dua yang berdiri megah ditengah puing-puing bangunan lain yang rata dengan tanah, sehabis terbakar. Setahu saya Masjid ini (sebut saja Masjid Talake), berdiri ditengah di apit ratusan bangunan rumah penduduk. Jarak antara Masjid dan rumah penduduk sekitar satu meter atau kurang dari satu meter. Artinya atap Masjid ini dan atap rumah-rumah penduduk nyaris bersinggungan, lebih mencengangkan lagi atap dan kubah Masjid ini terbuat dari seng, bahan yang sebetulnya mudah terbakar.

Dari keajaiban Masjid Talake ini, ada satu sentuhan yang membuatku merenung. Ketika memandangi kubah Masjid ini, seketika muncul fikiran dibenak saya di dasari dengan rasa dihati terdalam. Kubah Masjid ini seakan tersenyum, mengejek aku. Seolah Kubah Masjid ini berkata kepadaku: “hai kawan, apakah kamu masih menganggap aku ini hanya bangunan biasa?..yang hanya engkau lewati begitu saja, ketika engkau berjalan terhuyung dalam keadaan mabuk?”. Hemm..masa lalu yang gelap mataku nanar memandangi diriku sendiri, aku menjadi malu kepada diriku sendiri. Mulai saat itu tertanam kuat dalam diriku bahwa hanya ada satu “sumber kekuatan” dan “sumber kedamaian” di muka bumi ini, yaitu “kekuatan” dan “kedamaian” yang datang dari Pemilik bumi itu sendiri, dan tidak ada seorang manusiapun yang sempurna (perfect) selain Para Rasul dan Para Nabi-Nya yang tercatat dalam kitab-Nya.

Di dorong rasa prihatin atas tragedi Situ Gintung. Memaksa nurani ini berusaha melihat dengan fikiran terbuka bahwa dibalik musibah Situ Gintung ini di samping memang merupakan bencana alam, disini juga bisa diambil hikmah bahwa betapa pentingnya peran para perencana (arsitektur) dalam menentukan desain, rentang waktu daya tahan bangunan, dan maintenance yang tepat dalam penanganan sebuah bangunan, mengingat Situ Gintung merupakan danau buatan. Sekaligus mengingatkan kita bahwa harta benda, bukan segala-galanya (meski ini perlu dalam kehidupan fana ini), dalam beberapa peristwa di atas dapat diambil kesimpulan bahwa harta benda bisa hilang begitu saja, tanpa memperdulikan bagaimana susahnya kita mencarinya. Semoga bisa di ambil hikmahnya (khususnya buat diri saya pribadi). Dan semoga tragedi Situ Gintung bisa ditangani dengan baik oleh pihak-pihak yang terkait.

“Turut berbelasungkawa yang terdalam atas korban tragedi Situ Gintung”.



0 komentar: