po3m 2

po3m 2

Ketika aku mulai melangkah pergi
Di sisi batu karang menyembunyikan diri
Seolah kau menyerupai mata hati
Di sana aku berlimpahan dalam bahasa kebisuan hati

Andai diri ini serupa bidadari
Kucapai pasti mimpi-mimpi
Setelah terluka dan terhempas ke bumi
Deraian air matapun menjadi

Burung-burung berterbangan liar
Menyanyikan kicauan fajar
Mengakhiri kehampaan alam tak bersinar
Di sisi ranjang, kududuk dengan mata nanar
Seolah kau tak tahu benar
Jika cahaya cinta telah terpancar

po3m


po3m


Andai waktu berputar kembali
Lalui hari yang tak pasti
Indah atau dukakah jalan ini
Fajar tlah berlalu senjapun tlah berganti , namun
Asa yang terbias dalam diri
Takkan pernah terhempas dan terhenti
Usaha dan upaya tlah ku jalani
Langkah kaki takkan berujung sampai disini

Mentari pagi menyapa dengan senyumnya
Udara segar merasuk di relung jiwa
Fatamorgana itu tak sekedar angan belaka

Astaga !
Rasa ini begitu kuatnya
Raih mimpi-mimpi yang dulu pernah tercipta

Oh….
Hidup memang sebuah perjuangan
Akankah ku tetap dalam kepasrahan
Hingga keajaiban itu tiba atau diam sampai ku tutup mata ?


story

story

“ Innalillahi Wa Innalillahi Roji’un “ Eyang Putri terlihat lunglai tak berdaya dan langsung di bopong oleh Abi serta para dokter yang sudah mengoperasi Ummi, akupun lemas seketika saat mendengar bahwa Ummi telah berangkat ke sisi Sang Maha Agung dari mulut Tante Anin yang sekaligus dokter Ummi. Hanya Abi yang kulihat tenang dan pasrah, seperti Beliau lega kalau Umi lebih baik diambil dari pada selalu menahan dan melawan sakitnya yang sudah berstadium tinggi.
Saat pemakaman beliau, yang teringat dalam benak kami hanya pesan umi. Kepada abi, umi berpesan agar menjaga baik – baik aku dan eyang, serta harus selalu mempercayai kami. Kepadaku umi bilang kalau seorang wanita wajib menjaga dan menutup aurotnya yang berarti beliau memintaku untuk berjilbab, sebenarnya sudah sejak SMU aku diminta umi, tapi aku belum sanggup, belum sanggup diejek teman – teman “Bu Haji”, belum sanggup menutupi rambutku yang indah, belum sanggup melepas title
“Putri Sekolahku” dan…Belum sanggup meninggalkan Tanktop pinkku, jeansku, masih banyak aku yang belum sanggup.
“Ya Allah Tuhanku, hamba mohon, bantulah hambamu ini untuk menjadi lebih baik”
*****
Tiba di rumah, aku ingat saat Umi masih ada, beliau pasti menyambutku di depan pintu dengan berjuta pertanyaan, yah… sekarang….
Aku hanya melihat Eyang di Musholla dengan terus berdzikir, Seperti biasa kukira, ada atau tanpa Umi, Eyang selalu begitu. Langsung kuhampiri dan kucium tangan beliau. “ Eyang sudah makan ? “
“ Iya La, sekarang cepat ganti bajumu, dan segera makan, nanti maagnya kambuh lagi” Suruhnya
“ Iya….”
Kalo inget kuliah agama tadi, kata Pak Dosen makanlah saat kau lapar dan berhentilah sebelum kenyang (Al – Hadist), tapi sekarang aku belum lapar,gimana? Apa orang kena maag ada pengecualiannya ya??? Moga aja deh, Allah kan Maha Tahu terhadap segala mahluk Nya.
“ Abimu akhir – akhir ini terlihat kusut sekali, seperti tidak punya semangat, loyo…” tiba – tiba saja Eyang menghampiriku dan duduk disebelahku menemaniku makan siang sambil akhirnya kami mengobrol tantang abi, dan kesepakatannya abi harus mencari pengganti umi, yah maklum abi masih muda, masih membutuhkan kasih sayang seorang istri.
“ Assalamualaikum…..”
terdengar ucapan salam, dan langsung dibukakan pintu oleh Eyang, sepertinya itu Reni, siang tadi di kampus dia memintaku untuk mengajarinya praktikum statistic. “ Masuk Ren, langsung aja ke kamar, bentar lagi aku nyusul “ suruhku, namanya Reni, nggak betah liat kamar orang rapi, yah diberantakin, makanya saat aku masuk kamar, kukira reni bawa Jamila ayam kesayangannya, Nggak tahunya dia lagi kebingungan cariin kacangnya yang katanya jatuh di bawah ranjang.
“ Emang bungkusnya warna apa sih ? “ tanyaku sambil aku membantu mencari – cari di bawah ranjang juga, meskipun sebenarnya aku benci bau debu, tapi demi Renilah, kasihan dia sudah benar – benar niat untuk belajar.
“ gak ada bungkusnya”
“ Loh, Kalo gak ada bungkusnya harusnya dia udah lari kemana – mana Ren ?”
“ Iya, emang udah kemana – mana, makanya tak cariin gak ketemu – ketemu “.
“ Maksudku dia udah berceceran dimana – mana, jadi gak susah kaya gini kalo dicarin, kan tinggal mungutin, lagian kamu jorok amat udah kotor juga masih mau makan ? ntar beli lagi kenapa ?! “.
“ Yah, kan sayang tinggal satu “.
“ Masya Allah “ kontan aja aku langsung cubit lengannya dengan gemas. Aku nggak mau tahu lagi soal kacangnya lansung kuhidupin aja komputerku dan langsung nyerocos nerangin statistiknya tanpa aba – aba mulai dariku, kontan aja siap ataupun nggak Reni berusaha ngikutin aku.
*****
Abi mengenalkan kami pada seorang wanita yang kami yakin adalah calon istri Abi, cantik, sepertinya lembut, tapi sayang beliau belum berjilbab, tapi nggak masalah, itu bisa menyusul, yang penting bagiku dan Eyang baik untuk kami semua.
“ Susi, Susilowati “ kenalnya.
“ Lala, Annajmayla Fieza “ kembali kukenalkan namaku pada calon ibu baruku. Begitu juga eyang, tapi hanya saling menjabat tangan. Abi bilang kalau beliau juga mempunyai seorang putri seumuranku, kuharap kami cocok.
Belum lama kenal, Abi langsung meminangnya, sepertinya terlalu terburu – buru, tapi kami semua senang jika abi senang. Pesta pernikahanpun di langsungkan, saat itu juga keluarga kami juga bertambah dua orang, Alhamdulillah jadi rame lagi. Tapi keesokan harinya saat abi ke kantor pagi sekali, katanya sengaja tidak ambil cuti, padahal beliau bisa gak pakai surat izin segala, kan pak DirUt, namun abi lain, meskipun beliau seorang atasan, beliau tidak mau enak – enakan di rumah dengan income besar sedang karyawan lain susah payah bekerja, katanya itu berbuat Dzalim pada orang lain, sepertinya ada yang aneh, cuma perasaanku saja mungkin, semogalah.
Tiba di kampus, aku langsung masuk kelas kuliahku, ternyata dosen yang harus meberi mata kuliahku sedang sakit, kasihan semoga cepat sembuh pak.
“ La, gimana nyokap barumu ? “ Tanya Reni saat aku terus melamun masalah pagi tadi. “Ehm… baik” jawabku singkat, tapi sepertinya jawabanku tidak membuatnya yakin, akupun sebenarnya demikian. “ La, katanya nyokap tiri itu kebanyakan jahat loh, biasanya Cuma ngincer harta bokapmu aja, apalagi kalo dia punya anak, huh ntar pasti nambah gak karuan “
“ Huss!! Kamu kok malah bilang gitu, doain kek yang baek – baek, aku juga kan takut.. “ kataku. “ Iya, dia punya anak cewek seumuranku, tapi sampai saat ini aku belum tahu orangnya, katanya dia masih di kampung mau kuliah disini “
“ Oh… jadi kamu belum tahu, ya udah tak doain baik semuanya”
“ Amin….” Serempak kami berdua mengamini.
*****
“ Assalamu’alaikum….” Kuucap salam sambil kubuka pintu rumah, tapi kenyataan yang kulihat sangat membuatku terkejut setengah mati, kulihat eyang mengepel lantai, karena tidak biasanya beliau bekerja, lagi pula eyang sudah tua dan langsung kuambil kain pelnya serta kucium tangan beliau.
“ Eyang, kenapa mengepel ? sini biar Lala aja “
“ Sudah, Nggak papa, kamu kan baru pulang, ganti baju saja sana, dan jangan lupa makan, kamu sudah shalat kan di kampus ? “
“ Iya Eyang, sudah, tapi sudah gak usah di lanjutin nanti biar Lala aja yah….” Pintaku sambil memohon kepada eyang.
“ Ya sudah, ayo eyang antar ke kamarmu “
Kami berdua langsung menuju kamarku, saat aku berganti pakaian, aku bertanya sama eyang kenapa ngepel segala, biasanya juga aku tiap pagi sehabis shalat subuh yang selalu mengepel lantai. Namun kata eyang, jawaban yang sebenarnya aku sudah tahu sebelumnya, disuruh sama istri abi yang baru, Astaghfirullah…
Ting Tong…..
Suara bel rumah berbunyi, tapi sepertinya ini bukan tamu biasa, kalau temenku pasti langsung salam, apalagi abi, langsung masuk, salam dan memanggilku atau eyang. Segera kubuka pintu, kulihat seorang wanita sebaya denganku, yah 20 tahunanlah, lumayan cantik tapi penampilannya sangat…, mulai dari bawah sampai atas.
“ Heh jangan bengong aja dong! angkatin barangku ke kamar! mamaku mana ?!” tanyanya dengan sangat judes, aku tetap berusaha ramah, dan meletakkan dua koper beratnya ke dalam, bagaimanapun dia masih tamuku, aku langsung dapat menangkap arah pembicaraannya yang pasti dia adalah anak istri abi itu. “ Oiya, silahkan duduk dulu “ kupersilahkan, dan kupanggilkan mama yang ia maksud, yang ternyata masih tidur.
Ku ketuk pintu kamarnya, “ Ma, ada tamu “ tidak berapa lama lagi beliau keluar dengan mata sembab, bukan karena menangis, tapi terlalu banyak tidur. Dan akupun langsung menuju dapur membuat minuman untuk mama dan anaknya, memang kami tidak ada pembantu, ini ajaran umi, selama kita mampu mengerjakan, kenapa tidak kita lakukan ? namun lebih banyak manfaatnya, semua pekerjaan rumah aku lakukan sendiri dengan hasil yang sangat bagus, yah karena memang sudah terbiasa.
“ Mama pinter pilih suami, gak kayak papa, kalau ini orang kaya, jadi aku bisa kuliah nih dan minta semuanya kan Ma?”
“ Iya dong… siapa dulu ?” sambil menepuk dada.
“ Tapi Ma cewek itu tadi siapa ? “
“ Itu tadi anaknya, dia juga seumuran kamu, dia kuliah di Malang College, ada juga satu lagi wanita tua menyebalkan, kerjaannya Cuma malas – malasan di musholla, pura – pura dzikir, padahal mama lihat tadi tidur…” sambil mengeluarkan ekspresi yang tidak menyenangkan.
“ Oh…. Itu kan kampus paling terkenal, katanya Harvardnya Indonesia, banyak orang kaya disana dan banyak cowok kerennya loh ? aku mau kuliah disana ma ?” rengeknya.
Tak sengaja aku mendengar semua yang mereka bicarakan, hatiku hanya miris mengetahui ternyata keluargaku seperti itu. Aku menuju ruang tamu dan memberikan minuman mereka, serta kukenalkan namaku pada saudara baruku itu. “Lala, Annajmayla Fieza” dengan kuulurkan tanganku, tapi dia tidak menanggapi uluran tanganku, dia hanya menjawab “ Ann, Ana Susilowati “ dengan berwajah sinis.
*****
Hari Sabtu pun tiba, semua berkumpul di ruang keluarga. Seperti kebiasaan kami saat masih ada umi, kami membahas masalah masing – masing, mulai A sampai Z, pokoknya lengkap. Aku hanya bilang sama abi kalau pembayaran spp semester ini belum aku bayar, Ann merengek pada abi untuk kuliah juga di kampusku, padahal menurut abi kalau Ann dulu saat SMU mengambil jurusan bahasa, lebih baik meneruskan studinya di Sekolah Bahasa, yah katanya biar bisa nyambung.
Namun Ann tetap ngotot dengan keinginannya untuk kuliah di kampusku, padahal dia sudah tahu resiko apa yang akan dihadapinya kalau harus kuliah di jurusan yang sama sekali dia tidak mempunyai dasar pendidikan ekonomi sama sekali, apalagi kalau dia minta langsung kuliah dan tidak menunggu tahun ajaran berikutnya, Ann…Ann…
“Pokoknya Ann nggak mau kalau diem di rumah, Ann mau kuliah Pap….”rengeknya.
Akhirnyapun abi menyetujuinya,tentu dengan rayuan mama juga.
*****
Abi ada dinas di luar negeri, Singapura, kebetulan anak buahnya di kantor tidak ada yang mampu menjadi delegasi pada perusahaan abi, jadi terpaksa abi yang harus berangkat. Abi menyerahkan semua urusan rumah pada mama, yah sebenarnya aku dan eyang kurang setuju pada keputusan abi, tapi mau bagaimana lagi ?
Menjelang keberangkatan abi, kami semua mengantar ke bandara, memang kami semua terutama aku dan eyang sebenarnya sangat keberatan kalau abi pergi terlalu lama, beliau bilang sebulan atau dua bulan….
Beberapa hari sesudah keberangkatan abi, mama dan Ann mulai memperlihatan sifat aslinya. Mereka berdua asik berbelanja tanpa memperhitungkan akibatnya, untungnya abi tidak menitipkan uang untuk segala kebutuhanku dan eyang ke mama, mungkin kalau iya, uang kami pasti sudah habis ikut di belanjakannya.
“ La, kamu belanja sekalian masak ya, mama dan Ann mau ke mall. Jangan lupa Ann nggak mau sayur ! “ perintah mama
“ Iya, tapi Ma, uang untuk belanja mana ? “
“ Yah pake uangmu dong ! kamu kan udah di kasih uang ma papa ? “
“ Tapi uang itukan buat kebutuhan pribadi Lala, lagian uang untuk belanja kan diserahkan sama mama semuanya ? “
“ Eh…. Kamu ini mulai melawan orang tua yah !!”
aku akhirnya diam saja, dan walhasil akupun mau menurutinya. Yah hitung – hitung amallah, kalau aku ikhlas, pasti Allah membalas dengan imbalan yang lebih besar. Kulihat mama berjalan menuju musholla, pasti dia lagi cari eyang.
“ Heh Bu ! kerjaannya Cuma tidur melulu ! bersih – bersih rumah sana ! “ Saat itu aku sengaja mengikuti mama, kulihat eyang masih sujud, tapi tangan mama sudah meraih kepala eyang. Melihat ulah mama seperti itu, aku sangat tidak menerimanya, kutarik tangan mama cepat sebelum dia menyentuh kepala eyang lebih kurang ajar.
“ Ma, tolong hormati eyang, beliau ibu abi “ sambil kupeluk eyang yang menangis. “ Kamu, berani kurang ajar sama mama ya !bukannya kamu harus belanja ?! mau kupukul juga kau ! “
“ Iya ! Silahkan kalau berani !” Kulawan juga mama, aku nggak mau eyang dizalimi oleh mama. Eyang akhirnya menyuruhku untuk tidak melawan mama, tapi jelas perintah eyang sama sekali tidak kuhiraukan, Ann yang kulihat hanya berdiri melihat pertengkaran kami hanya membuat situasi bertambah panas.
“ Pukul aja anak kurang ajar itu Ma ! “
Saat tangan mama mulai akan menampar wajahku, telepon berdering, Ann langsung mengangkat telepon itu. “ Papa, iya, kami baik – baik saja, Papa kapan pulang ? Ann kangen nih ? Jangan lupa titipan Ann yah Pap…., nih Ma “ langsung saja mama menyambar telepon itu dari tangan Ann. “ Sayang….mama kangen, kapan pulang ? Oh iya, uang yang papa kasih udah mau habis, soalnya kemarin Lala baru minta uang itu, katanya buat bayar praktikum apa gitu ? “….” Iya, tapi anaknya belum pulang “
Aku dan eyang yang sengaja mendengar percakapan mereka sangat terkejut dengan kebohongan mama yang terlalu dibuat – buat. Akupun tidak habis akal, sengaja aku teriak sekencang mungkin dan kuyakin ayah di seberang sana pasti mendengar. “Assalamualaikum…….Mama, Lala pulang !!” sambil kurebut langsung telepon dari tangan mama. “ Assalamualaikum Abi, gimana kabarnya ?”
“ Waalaikumsalam….Alhamdulillah Abi baik – baik saja, kamu dari mana Nak ?gimana kabar eyang ? “
“ Eyang alhamdulillah baik – baik saja, abi gak usah khawatir, Lala pasti jagain eyang dari tangan – tangan yang kurang ajar “ sambil kulirik mama yang melihatku dengan sinis. “ Oiya Abi, Uang dari Abi Alhamdulillah cukup,Lala nggak minta tambahan uang sama mama, malah uang Lala lebih sampai dibuat belanja segala”
“ Loh kata mama kamu minta uang, sampai akhirnya mau habis ? “
“ Oh iya, kemarin, soalnya Lala takut uang Lala nggak cukup, jadi Lala pinjam uang mama, untung mama baik, tapi sekarang Abi nggak perlu transfer, uangnya masih sisa, malah lebih. Mama pinter kaya Umi, pinter menghemat uang “ sengaja aku berkata dmikian agar abi tidak mentransfer uang ke rekening mama, sepertinya mama sangat marah aku berkata demikian, tapi aku cukup puas bisa membalas kekurang ajaran dia ke eyang. Kulihat eyang senyum – senyum, mungkin eyang juga puas mendengarku berkata seperti itu.
“ Yah Bi, salam ma orang singapur yah, dari putri Abi yang paling pintar, Oiya Bi, kalau pulang gak usah bawa oleh – oleh, mending uangnya dibeliin di Indonesia, kan cinta Indonesia “ Belum cukup aku berkata seperti tadi, kali ini kutujukan pada Ann yang sok kebarat –baratan.
“Waalaikumsalam..” Kuletakkan gagang telpon sambil berlalu dengan menuntun eyang ke kamar. Kutunjukkan senyum kemenanganku sama mereka, cukup sudah perlakuan tIdak mengenakkan mereka pada kami.
“ Huh, benar – benar menjengkelkan, Ma masa kita diam aja ? Mama kan sekarang kepala rumah tangga ? Mama sekarang berkuasa di rumah ini !” Ann mulai dengan aksi yang selalu membuat situasi semakin panas. Mamapun akhirnya terbawa oleh pengaruh Ann, mereka berdua seperti orang yang kesetanan berjalan menuju kamarku. “ BRAK….BRAK..La…!! “terdengar pintu kamar di pukul mereka berdua, eyang yang saat itu berbaring di ranjang, seketika bangun dan duduk di pojok terlihat sangat ketakutan, akupun akhirnya sangat emosi, ternyata ulahku tadi membuat mereka tambah tidak terkontrol.
“ Astaghfirullah….” Kubuka pintu dengan terus beristighfar, jangan sampai setan mengendalikan nafsu amarahku. “Ada apa Ma, Ann? “
“ Eh…. Pura – pura nggak tahu lagi, kamu tadi ngomong apa ma papa ?” Ann mengawali pembicaraan kami, kutawarkan mereka masuk ke kamarku dulu, tapi ternyata mereka menolak tawaranku dengan dalih Najis menginjak kamarku, akupun tertawa dibuatnya, ternyata Allah masih menghiasi dunia dengan kelucuan mereka.
“ Lalu, kenapa kalau Lala ngomong seperti itu ke Abi, lagian udah terlanjur, gak bisa di tarik lagi, Abinya juga udah tutup telponnya “ Kalem aku menanggapi hujatan mereka. Karena aku tahu, kalau api dilawan sama api pasti tambah panas, kecuali dilawan sama air, pasti api itu akan segera padam.
“ Awas, lain kali kalau papa telepon lagi, kamu gak usah ngangkat telponnya !!” perintah mama, mungkin dia takut aku ngomong aneh – aneh lagi, akupun segera mengangguk, yang artinya hanya saat ini aku sepakat, tapi nanti….jangan harap.
Dengan anggukanku tadi ternyata cukup membuat mereka puas, merekapun meninggalkan kamarku dengan ekspresi tetap sinis, tapi paling tidak mereka sudah meninggalkan kamarku dan tentunya membuat eyang tenang lagi.
Kalau seperti ini, aku jadi khawatir meninggalkan eyang sendiri di rumah, memang Allah Maha Bijak, liburan semester sudah tiba, jadi waktuku semua kuhabiskan bersama eyang.
******
Seperti biasanya, setiap ba’da subuh aku dan eyang selalu bertilawah dan berdiskusi masalah agama yang belum aku fahami.
“ La, terkadang orang berpendapat bahwa apa yang selalu dilihat dari orang lain hanya keburukannya, seperti sebuah titik tinta hitam yang ada pada kertas putih. Pasti kita akan terfokus pada titik hitamnya itu, padahal area putih lebih banyak dan lebih besar dari itu…Sekarang coba kita berpresepsi lain dari segi positifnya. Titik hitam itu bagaimanapun lebih kecil dari area putih, yang artinya semua mahluk Allah itu diciptakan pada awalnya putih, ketika ada noda pada dirinya tidak menjadi benteng kokoh bagi mereka untuk melaksanan kebaikan seperti pada sisi yang putih…”. Sepertinya eyang membicarakan mama dan Ann. “ Yang Eyang maksud Mama dan Ann ?” tanyaku, “ Bukan hanya mereka sayang, tapi semua, semua orang yang telah kita anggap mereka buruk, padahal disisi lain keburukannya masih terdapat banyak sisi kebaikannya “. Kalau aku pikir-pikir, eyang benar, setidaknya meskipun mama dan Ann bersikap seperti itu, tapi mereka masih menghormati dan menyayangi abiku, terliihat saat abi sakit, merekapun tanpa harus diminta untuk menjaga dan merawat mereka membagi tugas sendiri, bahkan astaghfirullah…aku sempat berfikir kalau pada saat itu mungkin mereka pasti tidak akan menghiraukan abi, dan bertingkah lebih leluasa dirumah…padahal saat itu kulihat mama setiap hari dan setiap saat menjaga dan merawat abi dengan penuh keikhlasan dan ketulusan…Rabb… ampunilah hambaMu ini yang sudah berfikir rendah seperti itu.. Sejak saai itu akupun berusaha lebih dekat dengan mereka dan lebih berusaha memahami mereka.
Sekarang aku lebih sering berkunjung ke kamar-kamar mereka dan sering ngobrol dengan mereka, yah meskipun pada awalnya mereka heran dan sepertinya mencurigaiku kalau aku sedang memata-matai mereka..
“ Ma…aku mau masak kare ayam yah…tapi aku lupa bahan-bahannya, apa aja sih ma ?” pada saat itu aku pura-pura bertanya pada mama meskipun sebenarnya aku tahu dan sangat hafal diluar kepala. Aku hanya ingin mama merasa kubutuhkan, dan pada saat itu sepertinya mamapun berantusias menjelaskan padaku mulai dari bahan-bahannya sampai cara memasaknya, akupun pura-pura mencatat dan mengangguk-anggukkan kepalaku tanda aku mengerti dengan semua penjelasannya. Akhirnyapun aku pamit pada mama untuk mulai memasak. Belum lama aku menyiapkan bahannya, mama menghampiriku dengan memakai clemek, “Subhanallah…sepertinya mama mau membantuku…Rabb.. puji syukur aku panjatkan kepada Engkau…terimakasih Rabb..” dalam hatiku, akupun pada saat itu pura-pura tidak tahu kalau mama datang, dan pura-pura aku melakukan kesalahan.”La..bukan begitu cara mengirisnya, jadi seperti ini, liat mama yah…” mama membenarkanku. Beberapa menit kemudian, selain memasak bersama, kamipun ngobrol masalah-masalah kami, yah meskipun sepertinya masalah yang tidak penting, tapi aku yakin inilah awal dari perdamaian dan keinginan saling menyayangi seperti keluarga kandung sendiri untuk kami.
“Ma…aku pulang ! “suara Ann yang baru datang, diapun langsung menuju kamarnya sambil mendengarkan MP3nya sangat keras. Hal itu sudah menjadi trendnya Ann setiap ada di rumah, didengar atau tidak, sepertinya semua sudah menjadi rutinitas bahkan kewajiban ritual bagi dia yang harus selalu dilaksanakan.
THE******END





alipp

alipp


so sweet,so smart

;;